Oleh: Pdt.
Guruh JS
Merasa diri “tidak apa-apa” di
satu sisi memang baik, namun jika tidak waspada bisa berakibat fatal. Seperti
halnya jika kepala kita terbentur, mungkin bisa saja kita merasa tidak apa-apa. Namun kita tidak pernah
menyangka bahwa akibat dari benturan itu bisa saja fatal, bukan? Demikian juga
dalam dunia bisnis, kadang ada pebisnis yang berpikir “tidak apa-apa” hanya
kecil dan sedikit tidak berpengaruh. Namun jika sikap ‘tidak apa-apa” itu terus
dipelihara dan tetap dilakukan bisa saja mengakibatkan kehancuran.
Ayah seorang anggota jemaat
GKI Kwitang, mengalami kecelakaan motor di jalan raya Solo –
Wonogiri. Dalam perjalanannya
mengunjungi saudara yang merayakan Idul Fitri, sepeda motor pria berusia lebih
dari 70 tahun itu tersenggol kendaraan besar. Ia terjatuh dan terluka di siku
dan lutut sehingga tawaran para penolong untuk membawanya ke RS ditolak. Ia
merasa tidak apa-apa. Beberapa hari kemudian terdengar kabar wafatnya sang ayah
karena pendarahan otak akibat benturan keras. Ternyata, perasaan “tidak
apa-apa” yang dialaminya dalam
kecelakaan itu berakibat fatal.
Dalam Yosua 7, dikisahkan
kekalahan orang Israel ketika menghadapi pasukan kota Ai – kota yang
jauh lebih kecil dibandingkan Yerikho. Kekalahan tersebut tidak terduga dan (mungkin juga) memalukan,
mengingat beberapa saat sebelumnya Israel dengan pertolongan Tuhan mampu
mengalahkan Yerikho dengan cara spektakuler (Yos. 6). Rupanya kekalahan Israel
dari Ai itu disebabkan ada orang Israel yang mencuri dari barang-barang yang
dikhusukan untuk Tuhan, dengan jelas Tuhan mengatakan, “Orang Israel telah berbuat dosa, mereka melanggar perjanjian-Ku yang
Kuperintahkan kepada mereka, mereka mengambil sesuatu dari barang-barang yang
dikhususkan itu, mereka mencurinya, mereka menyembunyikannya, dan mereka
menaruhnya di antara barang-barangnya”(Yos. 7:11).
Setelah dilakukan investigasi,
didapatlah Akhan si pencuri barang-barang
itu (Yos. 7:18). Alasan Akhan, “..aku melihat di antara barang-barang
jarahan itu jubah yang indah, buatan Sinear, dan dua ratus syikal perak dan
sebatang emas yang lima puluh syikal beratnya; aku mengingininya, maka kuambil;
semuanya itu disembunyikan di dalam kemahku dalam tanah, dan perak itu di bawah
sekali” (Yos. 7:21). Kata “aku” dalam ayat tersebut menunjukkan keegosian Akhan untuk “memperkaya diri sendiri” dan“demi memuaskan dirinya sendiri”. Mungkin,
Akhan berpikir apa yang diambilnya itu hanya sedikit jadi tidak apa-apa. Namun
apa yang dipikirnya tidak apa-apa itu dampaknya sangat besar, yaitu kemarahan Allah
yang menyebabkan kekalahan Israel saat melawan Ai dan juga kehancuran
keluarganya.
Banyak orang berpikir “ah, hanya sedikit tidak apa-apa!” tanpa berpikir
panjang
dampak dari perbuatan yang hanya untuk mementingkan diri sendiri. Meski banyak pebisnis Kristen yang baik dan
jujur, namun kita tidak dapat menutup mata bahwa ada juga pebisnis Kristen yang
melakukan kecurangan. Bahkan kecurangan itu dianggap “tidak apa-apa, itu kan sudah biasa” atau “tidak apa-apa hanya
sedikit”. Tindakan-tindakan yang muncul bisa bervariasi mulai dari manipulasi data, “uang tip” yang besar dan lain-lain. Akibat yang ditimbulkan dari
“kebiasaan” tidak baik ini ternyata
berpengaruh terhadap kehidupan bangsa ini secara luas dan yang pasti
kemarahan Tuhan.
Akhan akhirnya mengakui perbuatannya, namun semuanya terlambat. Perbuatannya
telah membawa kehancuran diri dan keluarganya bahkan menghapuskan nama-nama mereka dari daftar
orang Israel. Persitiwa Akhan menjadi sebuah cermin bagi kita agar kita senantiasa menjaga kekudusan dan
sikap hidup yang baik. Jangan karena kita berpikir “tidak apa-apa” lantas kita
kehilangan kewaspadaan sehingga mengakibatkan kehancuran yang lebih besar lagi.
Mari kita meningkatkan kualitas hidup untuk melakukan segala hal dengan
lebih baik lagi. Apa yang
kita lakukan bukan sekadar demi
keuntungan, kepentingan dan kepuasan diri sendiri yang sifatnya sesaat saja.
Apa yang kita lakukan dapat menjadi
berkat bagi banyak orang di sekitar
kita. Bukan menerima atau mendapat
melainkan memberi.
Selamat berjuang untuk menjadi berkat. Tuhan memberkati. Amin.
Rensa – Jakarta Timur
Posting Komentar