Headlines News :
Home » » Nilai-nilai dalam Bisnis

Nilai-nilai dalam Bisnis

Written By Purnawan Kristanto on Sabtu, 04 Mei 2013 | 07.31


John D. Beckett



Arah bisnis ditetapkan bukan hanya oleh visi yang jelas tetapi juga oleh sekumpulan nilai-nilai dasar. Jika dipikirkan baik-baik dan dikomunikasikan dengan efektif, nilai-nilai itu merupakan alat yang tepat untuk memusatkan energi sebuah organisasi. Nilai-nilai itu akan menjadi pedoman yang mengarahkan perusahaan menuju pada pencapaian visi.
Pertanyaan kunci yang dihadapi setiap orang dalam bisnis adalah “nilai-nilai apakah itu?” Banyak orang mencari jawabannya.
Saya rasa nilai-nilai ini perlu berakar pada Alkitab. Selain itu, perumusan nilai-nilai itu juga haruslah sederhana, mudah dipahami dan mudah diingat  sehingga kita dapat menyebarluaskannya melalui pendidikan dan latihan.

Integritas
Definisi integritas adalah ketaatan pada sebuah standar nilai. Sesuatu yang dapat diandalkan dan utuh biasanya dapat dikatakan memiliki integritas. “Sesuatu” itu bisa berupa struktur, filosofi, atau seseorang. Kebalikan dari integritas adalah hal-hal yang dapat dikompromikan, yang tidak utuh, yang tidak sehat. Dalam Alkitab, istilah integritas ini mencakup tentang kebenaran, kejujuran, ketulusan, ketidakbersalahan, keutuhan.
Mazmur 15 menggambarkan tentang orang-orang yang berintegitas. Kualitas karakter yang dominan dari orang-orang yang berintegritas adalah: yang berlaku tidak bercela, yang melakukan apa yang adil, dan yang mengatakan kebenaran dengan sepenuh hatinya—yang berpegang pada sumpah walaupun rugi (ayat 9). Secara sederhana saya membayangkan seseorang yang setuju menjual sebuah benda miliknya hanya dengan berjabat tangan sebagai tanda atas harga tertentu. Hari berikutnya ada orang lain yang menawarkan lebih banyak uang untuk membeli benda tersebut. Orang yang berintegritas pasti akan menghormati komitmen sebelumnya, walaupun orang yang datang belakangan dapat memberi keuntungan yang lebih besar kepadanya.

Dari pengalaman saya, integritas seorang pelaku bisnis diuji dari waktu ke waktu. Kami pernah menghadappi tantangan seperti di awal karier saya dengan pelanggan dari Jepang. Agen pembelian dari perusahaan itu meminta kami membayar sejumlah “komisi” ke rekening pribadinya atas penjualan produk kami kepada perusahaan tersebut. Menurut kami, hal itu merupakan tindakan penyuapan, tapi dari pengalaman itu kami kemudian tahu bahwa tindakan penyuapan seperti itu sudah umum terjadi di Asia. Menanggapi itu kami memutuskan untuk taat kepada standar-standar etika kami dan menolak pembayaran “komisi” dengan kesadaran bahwa hal itu dapat merugikan bisnis kami. Untungnya, hal itu tidak benar-benar terjadi. Ketika kami menolak untuk membayar agen itu, ia justru berkata,”Bagus. Saya hanya berpura-pura memintanya.”
Bayangkan betapa besar pengaruh integritas  dalam mengubah citra buruk yang menodai bisnis modern. Mungkin pada masa yang akan datang perjanjian bisnis cukup dilakukan dengan berjabat tangan menggantikan sistem kontrak yang berbelit-beli. Tidak akan ada berita tentang skandal bisnis dan korupsi. Nilai-nilai mutlak yang telah teruji oleh waktu akan menggantikan relativisme moral yang telah mengakibatkan begitu banyak kebingungan tentang bagaimana kita harus berpikir dan bertindak.  Dengan integritas , para karyawan tidak akan terjebak dalam dilema tentang kapan mereka bisa berbohong dan kapan tidak boleh.

Excellence
Seperti integritas, excellence adalah konsep yang juga berakar pada Alkitab. Dalam suatu seminar kecil yang kami adakan bersama 60 manajer dalam perusahaan kami, saya menugaskan mereka untuk melihat betapa sempurnanya bukti-bukti yang terdapat dalam halaman-halaman awal Alkitab, yakni pasal pertama kitab Kejadian. Setiap orang  dalam kelompok ini menemukan tujuh kali Allah mempertimbangkan berbagai aspek dari semua yang telah diciptakan-Nya – dan melihat bahwa semua itu baik. Pada kenyataannya, pada hari terakhir Allah melihat bahwa segala sesuatu yang telah diciptakan-Ny dan berkata bahwa semua itu sungguh sangat baik. Itulah yang disebut hasil terbaik!
Inilah yang terpenting. Segala sesuatu yang telah diciptakan Allah merupakan hasil yang excellence!
Sementara kitab Kejadian melukiskan gambaran awal tentang natur Allah, kitab-kitab lain sesudah Kejadian juga tidak dapat menyembunyikan kekaguman dan ketakjuban akan Allah yang tak terlukiskan. Dia bersemayam di alam yang tak terselami oleh imajinasi manusia—alam  yang sepenuhnya murni, bebas dari kecemaran dan dosa, tersusun dengan sempurna, dan sangat indah.
Keadaan excellence ini yang melukiskan natur dan kerajaan tempat Dia bersemayam berintegrasi dengan dunia tempat kita hidup. Iniah yang sebenarnya dimaksud Yesus ketika mengajar para murid-Nya untuk berdoa, “Datanglah Kerajaan-Mu, di bumi seperti di surga.”
Apapun yang menyandang tanda kerajaan Allah, pastilah excellence. Kita memang tidak akan pernah menyamai kesempurnaan surgawi, tetapi  bila kita bersekutu dengan dengan duta Kristus dengan duta Allah bagi dunia, yakni Yesus Kristus, maka paling tidak kita akan mendekati kondisi tersebut. “Jika engkau makan atau jika engkau minum, atau jika engkau melakukan sesuatu yang lain, lakukanlah semuanya itu untuk kemuliaan Allah” (1 Korintus 10:31). Inilah panggilan untuk menjadi excellence.
Michael J. Fox, aktor film yang berbakat, mengungkapkan suatu perbedaan yang nyata:”Saya berhati-hati agar tidak bingung membedakan antara excellence dengan kesempurnaan. Saya dapat mengusahakan excellence, tetapi kesempurnaan adalah urusan Allah.”
Suatu cara yang telah kami coba untuk mendukung konsep excellence ini adalah dengan mengusahakan “perbaikan yang terus-menerus” dalam hal yang kami lakukan di perusahaan. Ini berlawanan dengan dengan konsep, “Jika sesuatu belum rusak, jangan diperbaiki.” Perbaikan yang  terus-menerus akan berkata, “sekalipun sesuatu belum rusak, carilah cara untuk menjadikannya lebih baik.”
Baru-baru ini tim yang mengecat produk kami menerima tantangan seperti di atas setelah melakukan hal-hal yang sama dari tahun ke tahun. Para teknisi mengembangkan sebuah sistem yang meningkatkan produktivitas hingga lebih dari 40 persen. Sekarang mereka kembali bergumul dengan tantangan itu, yakni untuk mencari cara meningkatkan kualitas cat dan mengurangi polusi ke atmosfir. Kami yakin di masa mendatang mereka akan menemukan sejumlah gagasan baru lagi.
Excellence. Pada dasarnya, excellence tidak ditentujan oleh produk atau proses, melainkan oleh orang-orang yang mengerjakannya.



Yesus sang Tukang Kayu
Pernahkah Anda memikirkan bagaimana Yesus memulai karir profesional-Nya? Dahulu Dia adalah usahawan kecil, seorang tukang kayu. Bayangkan sejenak kondisi Yesus sebagai tukang kayu, bukan sebagai pemimpin agama. Saya mempunyai lukisan arang beraliran kontemporer tentang Yesus, sang tukang kayu. Saat ini lukisan tersebut menghiasi bagian atas meja tulis kantor saya. Gambar itu melukiskan Yesus sedang memegang sekotak peralatan pengetam kayu dengan tangan-Nya yang kasar dan kuat, mata-Nya tampak puas memandangi pekerjaan yang sedang dilakukan-Nya. Manakala memandang lukisan itu, saya berpikir betapa luarbiasa kualitas pekerjaan sang tukang kayu itu. Sekalipun dibuat hanya dengan peralatan yang sederhana pada waktu itu.
Terkadang saya membayangkan saat Dia memberi sentuhan akhir pada sebuah lemari yang dibuat-Nya untuk seorang janda tua, yang tinggal di ujung jalan tempat toko-Nya yang sederhana berada. Dia akan mengantarkan lemari itu siang ini. Saat Dia datang, janda itu mengundang-Nya masuk untuk berbincang-bincang, dan wanita itu sungguh terpesona akan pengetahuan dan sikap-Nya yang halus;. Dia bukan tukang kayu biasa, pikir janda itu, ketika Yesus kembali kepada kegiatan-Nya yang lain.
Lalu janda itu mendekati lemarinya. Lemarinya dengan potongan yang sempurna ini benar-benar dihargai mahal, demikian ia menyimpulkan. Karena matanya sudah agak kabur, ia meneliti lemari itu dengan hati-hati, mengelus benda itu dari belakang ke depan, dari atas ke bawah. Tampaknya karya ini sungguh sangat baik. Sambungan-sambungannya, ketepatan ukurannya, juga polesannya, semua begitu halus. Ia tidak sabar lagi utuk memperlihatkanlemari itu kepada tetangganya. Ia menyimpulkan, “Hasil kerja tukang kayu ini benar-benar sangat baik.”
Yesus selalu memberikan yang excellence—segala hasil karya-Nya saat berada di bumi semata-mata merupakan cerminan dari ketekunan-Nya, karakter-Nya yang tak bercela, natur-Nya, hidup-Nya, dan misi-Nya.

John D. Beckett adalah pimpinan puncak R.W. Beckett Corporation di Elyria, Ohio. Ini adalah perusahaan terbesar di dunia yang membuat pemanas minyak. Ia juga pendiri Advent Industries yang membuat pelatihan kerja bagi orang-orang yang sulit mendapatkan pekerjaan karena latar belakang mereka yang buruk. Dikutip dari buku “Loving Monday” terbitan Yayasan Gloria.

Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Majalah Gema Kreasi Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger