Headlines News :
Home » » Conrad Nicholson Hilton: Impian Besar dari Seorang Pekerja Keras dan Pendoa Tekun

Conrad Nicholson Hilton: Impian Besar dari Seorang Pekerja Keras dan Pendoa Tekun

Written By Purnawan Kristanto on Kamis, 16 Mei 2013 | 20.56





Tak pernah ada kesuksesan yang tiba-tiba turun dari langit. Begitu juga yang terjadi pada The Hilton International Company. Ia tidak tiba-tiba menjelma menjadi salah satu jaringan hotel terbesar di dunia. Ada sebuah perjuangan tak kenal lelah serta iman teguh tak tergoyahkan yang dimiliki oleh Conrad Nicholson Hilton, sang pendiri sekaligus pemiliknya.
Pekerja Keras
Kerja keras sepertinya sudah mendarah daging pada keluarga Hilton. Sang ayah, A.H. Hilton adalah imigran asal Norwegia yang  tekun bekerja mengembangkan toko serba ada miliknya untuk menghidupi keluarga. Hilton yang lahir  25 Desember 1887 di San Antonio, sebuah kota kecil di New Mexico sejak muda sudah dididik ayahnya menjadi seorang pekerja keras. Ia ikut membantu ayahnya mengelola toko. Selain membuka toko, sang ayah juga membuka rumah mereka untuk penginapan para salesman dari luar kota. Inilah awal Hilton bersentuhan dengan usaha penginapan.
Sang ayah tak hanya seorang pekerja keras tetapi juga seorang pendoa yang tekun. Hilton muda mewarisi keduanya. Didikan Katolik tertanam kuat dalam dirinya. Sebuah warisan sekaligus bekal yang amat berharga dalam hidupnya kelak. Pada usia 23, setelah 11 tahun bekerja membantu sang ayah, Hilton mulai gelisah. Ia tidak ingin terus menerus menjadi bayangan dari ayahnya. Ia ingin mengejar impiannya sendiri.
Pemimpi Besar dan Pendoa Tekun
Impian baru mulai ia ciptakan. Setelah ayahnya meninggal pada 1918, Hilton mengawali langkahnya mewujudkan mimpi itu. Ketika ayahnya meninggal, Hilton tengah bertugas di Perancis sebagai tentara dalam Perang Dunia I. Ia berdoa dan meminta hikmat dari Tuhan. Ia lalu membeli Hotel Mobley yang mempunyai 40 kamar di Cisco, Texas. Inilah yang menjadi pijakan awal bagi kerajaan bisnis hotelnya yang mendunia.
Hilton mengembangkan bisnis hotelnya melalui tiga tahap: pertama dengan menyewa dan merenovasi hotel tua, kedua mendirikan hotel baru di atas tanah yang disewa, terutama di Texas, dan ketiga membeli hotel dengan harga murah. Ketiga langkah ini terbukti berhasil membawa bisnis hotelnya berkembang menjadi salah satu jaringan bisnis hotel terbesar di dunia.
Keyakinan Hilton pada ketiga langkah itu seperti pula keyakinannya pada Trinitas, satu hal yang sangat berpengaruh dalam kehidupannya. Hubungan yang mendalam dengan Tuhan merasuk kuat dalam kehidupan pribadi dan juga bisnisnya. Ini yang membuat Hilton mampu melewati masa-masa sulitnya.
Bisnis Hilton tidak luput dari krisis keuangan yang melanda seluruh dunia pada masa itu. Ia nyaris bangkrut. Tak hanya itu, tahun 1934, pernikahan pertamanya dengan Maria Adelaide Baron yang telah dibangun selama sembilan tahun juga hancur. Pernikahan ini menghasilkan  tiga putra, Conrad Nicholson, Jr., William Baron dan Eric Michael. Dari garis keturunan inilah lahir sosialita Paris Hilton dan Nicky Hilton.  
Kegagalan yang Tak Menghancurkan
Ya, bagaimana pun Hilton bukanlah manusia yang sempurna. Ia sukses membangun kerajaan bisnis hotelnya namun tidak dalam membina keluarga. Setelah perceraiannya dengan Maria, tahun 1942, ia menikahi aktris Hungaria Zsa Zsa Gabor dan memiliki satu putri, Francesca. Pernikahan ini hanya bertahan tiga tahun saja. Beberapa tahun kemudian, Hilton kembali menikah dengan Mary Frances Kelly dan lagi-lagi berakhir dengan perceraian. Kegagalannya dalam membangun keluarga ini membuat Hilton dilarang mengikuti sakramen dalam gereja Katholik.
Hilton mengakui kegagalannya dalam membangun keluarga namun itu tidak membuatnya mundur. Ia terus tekun bekerja dan berdoa dalam mengejar impian besarnya. Jaringan bisnis hotelnya tersebar ke banyak negara, termasuk Indonesia. “Pria sukses harus terus maju apa pun yang terjadi dalam kehidupannya. Mereka mungkin saja sudah membuat kesalahan tetapi mereka tidak berhenti,” ujarnya.
Berbagi Dengan Sesama
Sebagai bentuk rasa cinta pada Tuhan, Hilton tidak hanya giat menambah pundi-pundinya ia juga bergerak membantu sesama manusia yang kurang beruntung. Melalui The Conrad N. Hilton Foundation yang didirikan tahun 1944, Hilton menyediakan dana untuk organisasi nirlaba yang berfokus pada pengentasan kemiskinan, utamanya para  tunawisma dan orang-orang miskin di seluruh dunia. Ia juga mendukung penuh kegiatan para suster Katolik di berbagai belahan dunia. Hilton memang menaruh perhatian besar pada suster Katolik karena mereka berperan penting dan berpengaruh besar dalam kehidupan Hilton.
Menjelang akhir hidupnya, Hilton meninggalkan hampir seluruh kekayaannya pada yayasan. Ia menulis sebuah pernyataan pada surat wasiatnya,”Ada sebuah hukum alam, hukum ilahi, yang mewajibkan Anda dan saya untuk meringankan penderitaan orang miskin. " Hilton meninggal pada usia 91 di Santa Monica, California. Ia meninggalkan sebuah warisan yang sangat berharga bagi dunia, prestasi dalam bisnis jaringan hotelnya dan juga pekerjaan amal untuk orang miskin. Kisahnya hidupnya telah ia tulis dalam sebuah buku, Inspirasi dari Pemilik Penginapan. Ia juga menulis sebuah puisi, Amerika Berlutut yang pertama kali diterbitkan tahun 1952. 
Share this post :

Posting Komentar

 
Support : Creating Website | Johny Template | Mas Template
Copyright © 2011. Majalah Gema Kreasi Indonesia - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Published by Mas Template
Proudly powered by Blogger