Waralaba dapat menjadi solusi untuk percepatan ekspansi sebuah merek dan
pada akhirnya memperbesar pundi-pundi pemilik merek. Itu adalah salah satu
keuntungan bisnis waralaba yang disampaikan oleh Utomo Nyoto, seorang konsultan
waralaba, pada seminar “Meraih
Peluang Bisnis Waralaba” di GKI
Dipo, Surabaya.
“Lihatlah apotik K-24 yang merembet dengan cepat ke pelosok-pelosok daerah.
Seandainya tidak diwaralabakan maka K-24 tidak memiliki cukup modal untuk membuka gerai sebanyak seperti sekarang ini,” lanjut Utomo yang juga menjadi konsultan
yang bagi K-24, de boliva, boncafe, dan rodalink ini.
Di dalam bisnis terdapat dua
pemain pokok, yaitu franchisor (penjual waralaba) dan franchisee (pembeli waralaba).
Keduanya sama-sama pelaku bisnis mandiri, namun karena franchisor telah memiliki pengalaman yang
lebih dahulu, maka dia menawarkan
kelebihannya itu kepada franchisee. Tidak menutup kemungkina, seiring dengan
waktu, pengalaman keduanya akan sebanding.
Bagi calon pembeli waralaba, Utomo Nyoto memberikan tips-tips
sederhana agar dapat
mengendalikan resiko investasi. Utomo
menyarankan agar calon pembeli memilih merek yang terkenal karena sudah memiliki potensi pasar yang potensial. Selanjutnya calon pembeli perlu menelisik apakah penjual
waralaba itu memiliki produk berkualitas yang dipercaya oleh konsumen atau tidak. “Di samping
itu yang tidak kalah pentingnya adalah
adanya standarisasi produk,”
papar Nyoto Utomo. Dia
memberikan ilustrasi berupa produk waralaba Mc Donals, yang memiliki rasa dan
standar pelayanan sama di tiap
gerainya karena sudah memiliki
standar baku.
Lantas apakah bisnis waralaba bisa merugi? “Tentu saja bisa,” tegas Utomo Nyoto. Sebagaimana bisnis lain, waralaba
pun berpotensi mendalami kerugian. Selain itu masih ada risiko lain yang perlu diwaspadai yaitu
penipuan berkedok waralaba. Itu sebabnya, calon pembeli perlu banyak bertanya untuk mendapatkan penjelasan sedetail
mungkin dari pemilik
waralaba.
Utomo Nyoto juga menjelaskan
bahwa bisnis penjual waralaba tidaklah harus selalu bermodal besar. Dengan modal yang kecil dan usaha yang sama,
beberapa pengusaha dapat mendirikan sebuah merek yang kemudian dijual sebagai
usaha waralaba. Laundry
Zone adalah satu contohnya. Pada mulanya adalah beberapa
individu yang bergerak dalam usaha jasa cuci kiloan dengan merek sendiri-sendiri. Mereka lalu bergabung untuk mendirikan merek baru yakni Laundry Zone, yang selanjutnya dijual
sebagai bisnis waralaba.
Selain penjual dan pembeli, masih ada peluang bisnis di bidang
waralaba yaitu sebagai pemasok. Contohnya adalah salah seorang jemaat di gki Diponegoro yang menjadi pemasok pada waralaba hoka-hoka bento. Dengan menjadi
supplier pada produk waralaba, tentunya pendapatan akan berlipat ganda karena
semua gerai diharuskan mengambil dari supplier yang telah direkomendasikan oleh
pihak franchisor. (Tri Hajar)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar