Kamis, 03 Januari 2013

Investasi di Pasar Modal



Ibarat bandul pendulum, dinamika pasar saham itu mengayun dari ujung optimisme dan pesimisme pada ujung yang lain. Optimisme temporer akan menjadikan saham terlalu mahal, sedangkan pesimisme yang tidak berdasar meyebabkan harga saham terlalu murah. Seorang investor yang pintar adalah seorang realis yang menjual sahamnya kepada orang optimistis dan membelinya dari orang pesimistis. Demikian ibarat yang dibuat oleh Eka dari Universitas Kristen Dutawacana, dalam diskusi “Investasi di Pasar Modal”, di GKI Klaten, baru-baru ini.
Pengasuh Pojok BEJ ini memaparkan bahwa nilai uang akan menurun seiring dengan angka inflasi. “Dengan 15 juta rupiah, sekarang kita bisa membeli sepedamotor yang bagus. Namun lima belas tahun kemudian, uang itu hanya bisa untuk membeli rodanya saja,” papar Eka. “Dengan melakukan investasi, nilai uang kita tidak hanya bertahan, tetapi juga bisa bertambah banyak.”
Ada berbagai macam pilihan investasi. Misalnya di bidang real asset seperti properti atau financial asset yaitu tabungan, deposito, reksadana, obligasi atau valas. Secara khusus, dia memaparkan tentang karakteristik saham. Dengan memiliki saham seorang investor akan memperoleh deviden, yaitu laba yang dibagi sesuai dengan kepemilikan saham. Investor juga memiliki hak suara dalam RUPS dan dimungkinkan untuk memiliki hak memesan efek terlebih dahulu.
Kepada jemaat yang akan mulai ‘bermain’ saham, Eka memberikan tips dalam berinvestasi di pasar saham. Pertama, prioritaskan invetasi pada perusahaan yang bidang usahanya dipahami oleh investor. Kedua, pilihlah perusahaan yang membukukan keuntungan (cenderung membagikan dividen). Ketiga, beli saham perusahaan yang tingkat penjualannya dan labanya tumbuh dari tahun ke tahun. Dan keempat, carilah perusahaan yang dikelola secara profesional dan transparan.
Rahasia keberhasilan keuangan Anda ada pada diri Anda sendiri. Dengan mengembangkan disiplin dan keberanian, Anda tidak akan membiarkan perubahan perilaku orang lain menentukan masa depan finansial Anda. Hal yang jauh lebih penting sebenarnya bukan bagaimana perilaku investasi Anda, tetapi bagaimana perilaku Anda,” pungkas Eka mengakhiri bincang-bincang di gereja jago pada malam itu [Purnawan].

Tidak ada komentar:

Posting Komentar