Ibarat
bandul pendulum, dinamika pasar saham itu mengayun dari ujung optimisme dan
pesimisme pada ujung yang lain. Optimisme temporer akan menjadikan saham
terlalu mahal, sedangkan pesimisme yang tidak berdasar meyebabkan harga saham
terlalu murah. Seorang investor yang pintar adalah seorang realis yang menjual
sahamnya kepada orang optimistis dan membelinya dari orang pesimistis. Demikian
ibarat yang dibuat oleh Eka dari Universitas Kristen Dutawacana, dalam diskusi
“Investasi di Pasar Modal”, di GKI Klaten, baru-baru ini.
Pengasuh
Pojok BEJ ini memaparkan bahwa nilai uang akan menurun seiring dengan angka
inflasi. “Dengan 15 juta rupiah, sekarang kita bisa membeli sepedamotor yang
bagus. Namun lima belas tahun kemudian, uang itu hanya bisa untuk membeli
rodanya saja,” papar Eka. “Dengan melakukan investasi, nilai uang kita tidak
hanya bertahan, tetapi juga bisa bertambah banyak.”
Ada
berbagai macam pilihan investasi. Misalnya di bidang real asset seperti properti atau financial asset yaitu tabungan, deposito, reksadana, obligasi atau
valas. Secara khusus, dia memaparkan tentang karakteristik saham. Dengan
memiliki saham seorang investor akan memperoleh deviden, yaitu laba yang dibagi sesuai
dengan kepemilikan saham. Investor juga memiliki hak suara dalam RUPS dan dimungkinkan
untuk memiliki hak memesan efek terlebih dahulu.
Kepada
jemaat yang akan mulai ‘bermain’ saham, Eka memberikan tips dalam berinvestasi
di pasar saham. Pertama, prioritaskan invetasi pada perusahaan yang bidang usahanya
dipahami oleh investor. Kedua, pilihlah perusahaan yang membukukan keuntungan
(cenderung membagikan dividen). Ketiga, beli saham perusahaan yang tingkat
penjualannya dan labanya tumbuh dari tahun ke tahun. Dan keempat, carilah perusahaan
yang dikelola secara profesional dan transparan.
“Rahasia keberhasilan keuangan Anda ada pada
diri Anda sendiri. Dengan mengembangkan disiplin dan keberanian, Anda tidak
akan membiarkan perubahan perilaku orang lain menentukan masa depan finansial
Anda. Hal yang jauh lebih penting sebenarnya bukan bagaimana perilaku investasi
Anda, tetapi bagaimana perilaku Anda,” pungkas Eka
mengakhiri bincang-bincang di gereja jago pada malam itu [Purnawan].
Tidak ada komentar:
Posting Komentar