Jumat, 03 Mei 2013

RESTORAN PENUH ANUGERAH


Oleh Jansen Sinamo


Di akhir makan malam di restoran Karma Kitchen, para tamu tidak perlu membayar tagihan. Sebaliknya, mereka akan disodori amplop keemasan yang di sampulnya tertera tulisan: Semoga Malam Anda Indah! Di dalamnya terdapat kartu bertuliskan, “Dalam semangat kemurahan hati, seseorang yang datang sebelum Anda telah menghadiahi Anda makan malam yang baru saja Anda nikmati. Kami berharap, Anda akan terus memperpanjang rantai kemurahan ini dengan membayar bagi tamu berikutnya, setulus hati Anda.”
Tamu yang makan di restoran tersebut memang tidak perlu membayar, mereka dibebaskan untuk memberikan dari kemurahan hatinya sebesar yang terdorong oleh ketulusannya.

Menurut Vira Mehta, sang pemilik restoran, mereka sedang  menciptakan pergeseran perspektif. Pergeseran yang sangat sederhana namun fundamental. Dari sebuah hubungan yang bersifat transaksional semata-mata, menjadi hubungan saling mempercayai dalam memberi.”
Semangat saling memberi yang dikembangkan restoran ini dikenal dengan konsep ekonomi anugerah (gift economy). Ekonomi anugerah adalah aktivitas ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan jika sebuah kebaikan dilakukan tanpa pamrih akan mendorong kebaikan yang lebih besar. Kebaikan ini terus merambat menjadi lingkaran dan jaringan kebaikan yang tidak berkesudahan. Inilah salah satu wujud Etos-1: Kerja dan pekerjaan adalah rahmat; kita bekerja ikhlas penuh kebersyukuran.

Bisnis adalah Anugerah
Dalam berbagai bentuknya, bisnis adalah anugerah atau setidaknya: mengandung anugerah. Karma Kitchen, salah satunya. Premium yang Anda beli di pom bensin adalah juga sebuah anugerah karena Anda mendapat subsidi dari negara. Bisnis yang murni transaksional pun sesungguhnya juga mengandung anugerah.  Misalnya air mineral dalam galon yang Anda beli. Nilai riil air  minum tersebut pasti melebihi rupiah yang Anda bayarkan.
Anugerah adalah segala sesuatu yang berguna dan berdampak positif bagi kehidupan ini. Pada awalnya disediakan Tuhan, selanjutnya diolah, dikembangkan, dikemas, dan didistribusikan oleh manusia atau korporasi bagi masyarakat. Anak kalimat terakhir ini, itulah yang lazimnya disebut sebagai bisnis.
Jadi, anugerah bukanlah monopoli gereja. Malah sebaliknya, gereja selalu mendorong semua  anggota jemaat agar menjadi insan anugerah bagi masyarakat melalui apapun yang dikerjakannya. Salah satunya, melalui bisnis.
Maka, untuk memulai sebuah bisnis hendaknya berawal pada sebuah pertanyaan fundamental, apa yang harus aku kerjakan, perbuat dan sajikan yang dapat berguna bagi masyarakat atau sekelompok masyarakat? Ada seribu jawaban mulai dari membuat mie ayam, membuka toko obat hingga mendirikan firma hukum.
Bisnis yang ditujukan untuk menjawab persoalan, memenuhi kebutuhan, atau memudahkan hidup manusia bolehlah disebut bisnis kristiani, terutama bila dilakukan dengan ikhlas, jujur, dan benar.
Berbuat Baik Secara Nyata
Debbie Tenzer, seorang eksekutif pemasaran, pernah merasakan frustasi karena iklim politik di AS pada pemilu 2004. Setelah makan siang bersama teman-temannya yang mengeluhkan hal sama, terbersit sebuah ide untuk melakukan perbuatan baik setidaknya sekali seminggu. Komitmen itu dilakukan dengan standar yang jelas: walaupun kecil perbuatan baik itu harus nyata dan berdampak.
Aksi itu mendapat dukungan kawan-kawannya. Mereka kemudian mendirikan situs www.doonenicething.com untuk memperkenalkan apa yang ingin mereka sebarluaskan: satu kebaikan per minggu. Di situs itu, setiap pekan Debbie menuliskan tips  berbuat baik yang sederhana dan mudah dilakukan.
Ternyata ikhtiar ini mendapat sambutan luas. Do One Nice Thing menjelma menjadi sebuah gerakan dengan anggota yang tersebar di 90 negara. Debbie memperkenalkan istilah Nice-o-holic, untuk melakukan kebaikan secara terencana dan berkala.
Berbagai ide Do One Nice Thing yang telah terealisasi antara lain:
·         Mengirimkan 100 ton perlengkapan sekolah kepada tentara Amerika di Afganistan dan Irak untuk diberikan kepada anak sekolah setempat agar mereka dapat belajar.
·         Mengirimkan makanan ke berbagai negara yang dilanda kelaparan.
·         Mengirimkan ribuan buku ke sejumlah perpustakaan di berbagai penjuru dunia.
Debbie Tenzer juga telah menulis buku berjudul serupa. Do One Nice Thing: Little Things You Can Do to Make The World a lot Nicer berisi seratus ide segar untuk berbuat baik, lengkap dengan informasi dan alamat lembaga yang dapat membantu orang mewujudkan ide baik mereka. 

1 komentar: