Oleh Jansen Sinamo
Di akhir makan malam di restoran Karma Kitchen, para tamu tidak perlu membayar
tagihan. Sebaliknya, mereka akan disodori amplop keemasan yang di sampulnya
tertera tulisan: Semoga Malam Anda Indah! Di dalamnya terdapat kartu
bertuliskan, “Dalam semangat kemurahan hati, seseorang yang datang sebelum
Anda telah menghadiahi Anda makan malam yang baru saja Anda nikmati. Kami
berharap, Anda akan terus memperpanjang rantai kemurahan ini dengan membayar
bagi tamu berikutnya, setulus hati Anda.”
Tamu yang makan di
restoran tersebut memang tidak perlu membayar, mereka dibebaskan untuk
memberikan dari kemurahan hatinya sebesar yang terdorong oleh ketulusannya.
Menurut Vira Mehta, sang pemilik restoran, mereka sedang menciptakan pergeseran perspektif. Pergeseran
yang sangat sederhana namun fundamental. Dari sebuah hubungan yang bersifat
transaksional semata-mata, menjadi hubungan saling mempercayai dalam memberi.”
Semangat saling memberi yang dikembangkan restoran ini dikenal dengan
konsep ekonomi anugerah (gift economy). Ekonomi anugerah adalah
aktivitas ekonomi yang berdasarkan pada keyakinan jika sebuah kebaikan
dilakukan tanpa pamrih akan mendorong kebaikan yang lebih besar. Kebaikan ini
terus merambat menjadi lingkaran dan jaringan kebaikan yang tidak berkesudahan.
Inilah salah satu wujud Etos-1: Kerja dan pekerjaan adalah rahmat; kita bekerja
ikhlas penuh kebersyukuran.
Bisnis adalah Anugerah
Dalam berbagai bentuknya,
bisnis adalah anugerah atau setidaknya: mengandung anugerah. Karma Kitchen,
salah satunya. Premium yang Anda beli di pom bensin adalah juga sebuah anugerah
karena Anda mendapat subsidi dari negara. Bisnis yang murni transaksional pun sesungguhnya
juga mengandung anugerah. Misalnya air
mineral dalam galon yang Anda beli. Nilai riil air minum tersebut pasti melebihi rupiah yang
Anda bayarkan.
Anugerah adalah segala sesuatu yang berguna dan berdampak positif bagi
kehidupan ini. Pada awalnya disediakan Tuhan, selanjutnya diolah, dikembangkan,
dikemas, dan didistribusikan oleh manusia atau korporasi bagi masyarakat. Anak
kalimat terakhir ini, itulah yang lazimnya disebut sebagai bisnis.
Jadi, anugerah bukanlah monopoli gereja. Malah sebaliknya, gereja selalu
mendorong semua anggota jemaat agar
menjadi insan anugerah bagi masyarakat melalui apapun yang dikerjakannya. Salah
satunya, melalui bisnis.
Maka, untuk memulai
sebuah bisnis hendaknya berawal pada sebuah pertanyaan fundamental, apa yang
harus aku kerjakan, perbuat dan sajikan yang dapat berguna bagi masyarakat atau
sekelompok masyarakat? Ada seribu jawaban mulai dari membuat mie ayam,
membuka toko obat hingga mendirikan firma hukum.
Bisnis yang
ditujukan untuk menjawab persoalan, memenuhi kebutuhan, atau memudahkan hidup
manusia bolehlah disebut bisnis kristiani, terutama bila dilakukan dengan ikhlas,
jujur, dan benar.
Berbuat Baik Secara Nyata
Debbie
Tenzer, seorang eksekutif pemasaran, pernah merasakan frustasi karena iklim
politik di AS pada pemilu 2004. Setelah makan siang bersama teman-temannya yang
mengeluhkan hal sama, terbersit sebuah ide untuk melakukan perbuatan baik
setidaknya sekali seminggu. Komitmen itu dilakukan dengan standar yang jelas: walaupun kecil
perbuatan baik itu harus nyata dan
berdampak.
Aksi itu
mendapat dukungan kawan-kawannya. Mereka kemudian mendirikan situs www.doonenicething.com untuk
memperkenalkan apa yang ingin mereka sebarluaskan: satu kebaikan
per minggu.
Di situs itu, setiap pekan Debbie menuliskan tips berbuat baik yang sederhana dan mudah
dilakukan.
Ternyata
ikhtiar ini mendapat sambutan luas. Do
One Nice Thing menjelma menjadi sebuah gerakan dengan anggota yang
tersebar di 90 negara. Debbie memperkenalkan istilah Nice-o-holic, untuk melakukan
kebaikan secara terencana dan berkala.
Berbagai
ide Do One Nice Thing
yang telah terealisasi antara lain:
·
Mengirimkan
100 ton perlengkapan sekolah kepada tentara Amerika di Afganistan dan Irak
untuk diberikan kepada anak sekolah setempat agar mereka dapat belajar.
·
Mengirimkan
makanan ke berbagai negara yang dilanda kelaparan.
·
Mengirimkan
ribuan buku ke sejumlah perpustakaan di berbagai penjuru dunia.
Debbie Tenzer juga telah menulis buku berjudul serupa. Do One Nice Thing: Little Things You Can Do
to Make The World a lot Nicer berisi seratus ide segar untuk
berbuat baik, lengkap dengan informasi dan alamat lembaga yang dapat membantu
orang mewujudkan ide baik mereka.
Makasih infonya..
BalasHapusKunjungan bali ke Box Makanan :)